a. a. Berat sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan
adalah berat dari bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain yang
dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap
tetap.
Faktor Beban | ||||
Jangka Waktu | KS;;MS | KU;;MS | ||
Biasa Terkurangi | ||||
Tetap | Baja, aluminium 1,0 | 1,1 0,9 | ||
Beton pracetak 1,0 | 1,2 0,85 | |||
Beton dicor ditempat 1,0 | 1,3 0,75 | |||
Kayu 1,0 | 1,4 0,7 | |||
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
a. b. Berat mati tambahan
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang
membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan.
Faktor Beban | ||||
Jangka Waktu | KS;;MA; | KU;;Ma; | ||
Biasa Terkurangi | ||||
Tetap | Keadaan umum 1,0 (1) | 2,0 0,7 | ||
Keadaan khusus 1,0 | 1,4 0,8 | |||
CATATAN (1) Faktor beban daya layan 1,3 digunakan untuk berat utilitas | ||||
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
2. Beban lalu
lintas
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D"
dan beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh
lebar jalur kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen
dengan suatu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur
"D" yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.
Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana.
Tiap as terdiri dari dua bidang kontak pembebanan yang
dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu truk
"T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana. Secara umum, beban
"D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang
mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T"
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
a. a. Beban jalur “D”
a.
Faktor Beban | ||||
Jangka Waktu | KS;;TD; | KU;;TD; | ||
Transien | 1,0 | 1,8 | ||
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
Tabel Jumlah lajur lalu lintas rencana
Tipe Jembatan | Lebar Jalur Kendaraan | Jumlah Lajur Lalu lintas | ||
-1 | -2 | Rencana (nl) | ||
Satu lajur | 4,0 - 5,0 | 1 | ||
Dua arah, tanpa median | 5,5 - 8,25 | 2 (3) | ||
11,3 - 15,0 | 4 | |||
Banyak arah | 8,25 - 11,25 | 3 | ||
11,3 - 15,0 | 4 | |||
15,1 - 18,75 | 5 | |||
18,8 - 22,5 | 6 | |||
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
CATATAN (1) Untuk jembatan
tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana harus ditentukan oleh Instansi yang
berwenang.
CATATAN (2) Lebar jalur
kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau rintangan untuk satuarah atau
jarak antara kerb/rintangan/median dengan median untuk banyak arah.
CATATAN (3) Lebar
minimum yang aman untuk dua-lajur kendaraan adalah 6.0 m. Lebar jembatan antara
5,0 m sampai 6,0 m harus dihindari oleh karena hal ini akan memberikan kesan
kepada pengemudi seolah-olah memungkinkan untuk menyiap.
1. Beban
terbagi rata (UDL) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q tergantung
pada panjang total yang dibebani L
Pengertian : q
adalah intensitas beban terbagi rata (UDL) dalam arah memanjang jembatan L
adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter).
2. Beban garis (KEL) dengan
intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada
jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Untuk mendapatkan momen
lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, KEL kedua yang identik harus ditempatkan
pada posisi dalam arah melintang jembatan pada bentang lainnya.
b. b. Beban truk “T”
Tabel Faktor beban akibat pembebanan truk “T”
Faktor Beban | ||||
Jangka Waktu | KS;;TT; | KU;;TT; | ||
Transien | 1,0 | 1,8 | ||
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
Pembebanan truk
"T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan
dan berat as seperti terlihat dalam Gambar 2.2. Berat dari masing-masing as
disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak
antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa
diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada
arah memanjang jembatan.
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
b. c. Beban kejut (Dynamic Load Allowance)
Beban kejut (DLA) merupakan hasil interaksi antara
kendaraan yang bergerak dengan jembatan. Besarnya DLA tergantung kepada
frekuensi dasar dari suspensi kendaraan, biasanya antara 2 sampai 5 Hz untuk
kendaraan berat, dan frekuensi dari getaran lentur jembatan. Untuk perencanaan,
DLA dinyatakan sebagai beban statis ekuivalen.
Untuk pembebanan "D": DLA merupakan fungsi
dari panjang bentang ekuivalen seperti tercantum dalam Gambar 2.3. Untuk
bentang tunggal panjang bentang ekuivalen diambil sama dengan panjang bentang
sebenarnya.
Faktor
beban dinamik berlaku pada “KEL”lajur “D” dan truk “T” untuk simulasi kejut
dari kendaraan bergerak pada struktur jembatan (BMS 1992). Untuk muatan “T” ⇒ DLA
= 0,30
3. Beban rem
Tabel Faktor beban akibat gaya rem
Faktor Beban | ||||
Jangka Waktu | KS;;TB; | KU;;TB; | ||
Transien | 1,0 | 1,8 | ||
Sumber
:RSNI T-02-2005 (2005)
Bekerjanya
gaya-gaya di arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi, harus
ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini diperhitungkan senilai
dengan gaya rem sebesar 5% dari beban lajur D yang dianggap ada pada semua
jalur lalu lintas, tanpa dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam satu
jurusan. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu
jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas
permukaan lantai kendaraan. Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang
bentang melebihi 30 m, digunakan persamaan 2.1, yaitu: q = 9 kPa.
4. Beban angin
Tabel Faktor beban akibat beban angin
Faktor Beban | ||||
Jangka Waktu | KS;;EW; | KU;;EW; | ||
Transien | 1,0 | 1,8 | ||
Sumber :RSNI
T-02-2005 (2005)
Tabel Koefisien seret CW
Tipe Jembatan | CW | ||
Bangunan atas masif: (1), (2) | 2.1 (3) | ||
b/d = 1.0 | 1.5 (3) | ||
b/d = 2.0 | 1.25 (3) | ||
b/d ≥ 6.0 | |||
Bangunan atas rangka | 1.2 | ||
CATATAN (1) | |||
b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran | |||
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang masif | |||
CATATAN (2) | |||
Untuk harga antara dari b / d bisa diinterpolasi linier | |||
CATATAN (3) | |||
Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi, Cw harus dinaikkan sebesar 3% untuk setiap derajat superelevasi, dengan kenaikan maksimum2,5% | |||
Sumber :RSNI T-02-2005
(2005)
Tabel Kecepatan angin rencana VW
Keadaan Batas | Lokasi | |||
Sampai 5 km dari pantai | > 5 km dari pantai | |||
Daya layan | 30 m/s | 25 m/s | ||
Ultimit | 35 m/s | 30 m/s | ||
Sumber :RSNI T-02-2005
(2005)
5. Beban gempa
Tabel Faktor beban akibat pengaruh gempa
Jangka Waktu | Faktor Beban | |||
K | K | |||
Transien | Tidak dapat digunakan | 1,0 | ||
Sumber :RSNI
T-02-2005 (2005)
Waktu
dasar getaran jembatan yang digunakan untuk menghitung geser dasar harus
dihitung dari analisa yang meninjau seluruh elemen bangunan yang memberikan
kelekuan dan fleksibilitas dari sistem pondasi.